Friday 5 October 2012

Bukan Kerana Nama


Di kalintas ini aku masih sendiri, aku buka jendela bilik ku. Angin dingin terus menerjah masuk merempuh tubuhku. Kuhirup kopi dan kusambung menulis di pc buruk ku ini.. kuperlahankan radio disisiku. Aku bukanlah siapa disini, jauh sekali.. cukup jauh dibandingkan penulis agung dikalintas ini.. kepala ku sakit samada mahu atau tak mahu meneruskan cerita ini… Angin malam membawa lamunan aku ke nostalgia lama.. nostalgia yang tidak mahu diingat.. nostalgia yang tak mahu ku kenang langsung…


Hari tu aku bertunang dengan Shima, majlis sederhana tapi meriah. Harapan kami untuk bersama hampir terkabul, cuma menunggu hari sahaja untuk bersatu. Pada malam itu kuberanikan diri untuk merangkul bahu Shima, ternyata dia diam saja tidak berusaha menghalang. Shima mulai gelisah, sesekali kedua paha putih gebunya digerak-gerakkan terbuka dan tertutup…. seakan-akan dia mengundang aku untuk menggomolnya. Aku beranikan diri untuk mengusap-usap lengannya, kemudian rambutnya yang hitam dan panjang. Shima tampak menikmati, terbukti dia langsung merangkul manja ke tubuhku. Kesempatan itu tidak kusia-siakan, langsung kupeluk tubuh hangatnya dan kucium pipinya.

Shima tidak membantah, malah tangannya sekarang diletakkan di pahaku, dan aku semakin terangsang lalu kuraih dagunya. Kupandang mata bulat indahnya, sejenak kami berpandangan dan entah siapa yang memulai tiba-tiba, kami sudah berpagutan mesra. Kulumat bibir bawahnya yang tebal nan seksi itu dan Shima membalas, tangannya yang satu memeluk leherku, sedang yang satunya yang tadinya di pahaku sekarang sudah mengusap-usap kemaluanku di balik seluarku.

Lidah kami saling bertautan dan ciuman-ciuman bibir kami menimbulkan bunyi yang indah, yang membuat semakin panas suasana. Tanganku pun tidak mau tinggal diam, segera kuusap paha putih gebunya, Shima pun memberi kesempatan dengan membuka pahanya lebar-lebar, sehingga tanganku dengan bebas meraba-raba paha dalamnya sampai ke celah kangkang. Berulangkali kuusap dari paha lalu ke betis kemudian naik lagi ke paha.

Sambil terus melumat bibirnya, tanganku sudah mulai naik ke perutnya kemudian menyusup terus ke dadanya. Kuramas dengan ganas payudaranya walau masih tertutup baju, Shima merintih kesedapan. Lalu tanganku kumasukkan ke dalam bajunya dan mulai meraba-raba mencari bra-nya. Setelah bertemu lalu aku meraih ke dalam bra dan mulai meramas-ramas kembali buah dadanya, kusentuh-sentuh putingnya dan Shima mendesah. Seiring dengan itu, tangan Shima juga memegang kemaluanku yang masih tertutup seluar dalam, dan mulai dengan ganas menyusup ke dalam seluar dalam meraih kemaluanku dan kembali mengusapnya.

Aku yang sudah mulai terbakar berahi, kemudian melepaskan baju Shima dan bra-nya hingga nampak jelas payudaranya yang besar dan semakin mengembang kerana rangsangan berahi.
Langsung aku gomol buah dadanya dengan mulutku, kujilat-jilat putingnya dan Shima mendesis-desis kesedapan, "Sssh... aaauuh... Abang... ehhh... ssshhh..." sambil tangannya menekap kepalaku, meramas-ramas ra mbutku dan membenamkannya ke payudaranya lebih dalam.


Kubisikkan ke telinga Shima, "Shima sayang, kita pindah ke kamar jom..! Jangan risau tiada siapa-siapa di rumah ini selain kita berdua..." Shima mengangguk, lalu segera kupeluk dan kugendong dia menuju ke kamar. Shima memeluk pinggangku, tangannya memeluk leherku dan payudaranya menekan keras di dadaku, sedangkan tanganku memegang punggungnya sehingga kemaluanku sekarang sudah melekap di celah kangkangnya.

Sepanjang perjalanan menuju kamar, kami terus saling berciuman. Sesampainya di kamar, kurebahkan tubuhnya di tempat tidur, Shima tidak mau melepaskan pelukan kakinya di pinggangku malahan sekarang mulai menggoyang-goyangkan pinggangnya. "Sayang... sabarlah sayang..." kataku.


Shima mencubitku " Jahatlah abang ni..!" rajuk Shima. Setelah kulepas baju dan seluarku hingga telanjang bulat dan kemaluanku sudah mengacung keras tegak ke atas, Shima yang juga sudah telanjang bulat kembali merebahkan diri sambil mengangkangkan pahanya lebar-lebar, hingga kelihatan bibir lubang kemaluannya yang merah jambu itu.

Aku pun segera menindihnya, tapi tidak buru-buru memasukkan kemaluanku ke lubang kemaluannya, kembali aku cium bibirnya dan kugomol dan menjilat-jilat payudara serta putingnya. Jilatanku turun ke perut terus ke paha putih gebunya kemudian ke betis indahnya naik lagi ke paha dalamnya hingga sampai ke celah kangkangnya.


"Auuhh... Abang ... ehhmm... shhh... Abang ..." erang Shima sambil kepalanya menggeleng-geleng tidak menentu dan tangannya mencengkam ketika aku mulai menjilat bibir lubang kemaluannya, terus ke dalam lubang kemaluanya dan di biji nikmatnya. Dengan penuh nafsu, terus kujilat hingga akhirnya tubuh Shima menegang, pahanya menyepit kepalaku, tangannya menarik rambutku dan Shima berteriak tak tahan. Ternyata dia telah mencapai orgasme pertamanya, dan terus kujilat cairan yang keluar dari lubang kenikmatannya sampai habis.

Aku bangun dan melihat Shima yang masih nampak termengah-mengah dan memejamkan mata menghayati orgasmenya. Kucium bibirnya, dan Shima membalas, lalu aku menarik tangannya untuk mengocak batang kemaluanku. Aku rebahkan tubuhku dan Shima pun mengerti kemahuanku, lalu dia bangkit menuju ke celah kangkangku dan mulai mengulum batang kemaluanku.

"Oooh... Shimaa... Shimaa.. " aku mengerang memanggil namanya. Kira-kira setengah jam Shima menghisap batang kemaluanku. Mulutnya dan lidahnya seakan-akan memicit-micit batang kemaluanku, bibirnya yang seksi kelihatan semakin seksi melumat batang dan kepala kemaluanku. Dihisapnya kuat-kuat, ketika Shima menarik kepalanya sepanjang batang kemaluanku menuju kepala kemaluanku membuatku semakin kesedapan.

Setelah bosan, aku kemudian menarik tubuh Shima dan merebahkannya kembali ke tempat tidur, lalu kuambil posisi untuk menindihnya. Shima membuka lebar-lebar celah kangkangnya, kugesek-gesekkan dulu kemaluanku di bibir lubang kemaluannya, lalu segera kumasukkan batang kemaluanku ke dalam lubang senggamanya.


"Aduuh Abang... sakiiit... perlahan sikit sayangg... ahhh..." aku pun memperlambat masukan batang kemaluanku, sambil terus sedikit-sedikit mendorongnya masuk diimbangi dengan gerakan pinggang Shima. Terlihat sudut mata Shima basah oleh air matanya akibat menahan sakit. Sampai akhirnya, "Slupp.." masuklah semua batang kemaluanku ke dalam liang senggama Shima. "Shima sayang abang!" kata Shima sambil tersenyum manja.


Aku tersenyum dan mencium bibirnya sambil mengusap air matanya di sudut mata Shima sambil merasakan nikmatnya himpitan kemaluan Shima yang sempit ini. Setelah beberapa saat, aku mulai menggerakkan batang kemaluanku masuk keluar dengan perlahan-lahan.


"Aaah... uuuhhh... ehhmmm..." desah Shima sambil tangannya memeluk erat bahuku. "Masih sakit Sayaaang..?" tanyaku. "Tak sayanag... dah kurangg... auuoohhh... shhh... enn.. aahh..." jawab Shima. Mendengar itu, aku pun mempercepat gerakanku, Shima mengimbangi dengan goyangan pinggangnya yang dahsyat memutar ke kiri dan ke kanan, depan belakang, atas bawah. Aku hanya menikmatinya sambil terus memompa, merasakan sedapnya goyangan Shima. Tidak lama setelah itu, kurasakan denyutan teratur di dinding lubang kemaluan Shima, kupercepat goyanganku dan kubenamkan dalam-dalam batang kemaluanku.

Tanganku terus meramas-ramas payudaranya. Dan tubuh Shima kembali menegang, "Aaah... Abang... teruuus Abang... jangan berhentiii... oooh... Abang... aaahhh...... aaawww..." Dan, kurasakan cairan hangat memancut dari dalam liang senggama Shima membasahi batang kemaluanku.


Kaki Shima pun memeluk pinggangku dan menarik pinggangku supaya lebih dalam masuknya batang kemaluanku ke dalam lubang kenikmatannya. Ketika denyutan-denyutan di dinding lubang kemaluan Shima masih terasa dan tubuh Shima menghentak-hentak, aku merasa aku juga sudah mau keluar.


Kupercepat gerakanku dan "aahhh... Eerrrggghh... Aaahhh... Aahhh... Abang ".aku terus dayung dengan lajunya. Hampir setengah jam aku berjuang akhirnya aku sampai ke klimaknya. "Ahhh nikmatnyaa..." katanya. Dan aku pun lemas menindih tubuh Shima yang kelayuan. "Abang….Shima rasa puas Abang".itulah kata-kata yang keluar dari mulut Shima selepas berakhirnya babak kenangan manis aku dan dia sambil aku cium bibirnya.

Jam menunjukkan pukul 10.30 malam.. masih muda. Kami merancang untuk kedisko. Malam itu aku sungguh bahgia bersama Shima. Kami menari sepuas-puasnya dan aku juga aku rasa malam itu minum terlalu banyak…

Shima membisikkan sesuatu kepadaku sambil mencubit pahaku.. mengajak pulang. Aku faham maksudnya dan kami pun meninggalkan disko itu sambil berpelukan dan berpimpin tangan. Aku memandu agak laju malam tu, Shima beberapa kali mengingatkan aku.. aku tak peduli langsung kata-katanya. Tiba satu selekoh aku gagal mengawal kereta yang kupandu.. dan selepas itu aku tak ingat apa-apa lagi…

Dan kini Shima sudah tiada lagi didunia ini… ia pergi bersama satu harapan. Sudah bertahun ia berlalu dan aku terus sendiri tak berhenti menyalahkan diriku sendiri. Memang aku tak mau mengingat dan menulis nostalgia ini, apa lagi aku menulis ini BUKAN KERANA NAMA, terima kasih "Ugly" beri panduan dan semangat untuk aku terus menulis. Walau jiwaku masih kosong mencari dan terus akan mencari. Saat radio berkumandang…

Aku Cari bukan harta bertimbun-timbun
untuk hidup kaya
Aku cari bukan wang berjuta-juta
untuk hidup bergaya
Aku cari bukan kawan-kawan
untuk hidup berfoya-foya

Aku….. aku masih mencari… ku cari damai abadi…. bersama seribu sesalan yang tak mungkin kulupakan. Walau beribu tohmahan yang kutanggung dari keluarga Shima aku sedikitpun "tidak marah, sensitif atau kecil hati…" malah aku menghormati mereka, memang aku patut dipersalahkan. Nostalgia Akhir ini kutulis hanyalah sebagai secebis pedoman, sebagai pengajaran untuk kita bersama….. bukan kerana nama….

No comments:

Post a Comment