Saturday 6 October 2012

KEKASIHKU SAUDARA KEMBAR


Bukan aku memuji diri tapi orang sekelilingku yang mengatakannya. Aku memiliki wajah yang manis dan kacak. Dengan ketinggian lima kaki lapan inci aku sentiasa didekati oleh gadis-gadis cantik. Mereka ingin menjadikan aku kekasih mereka. Dengan kerjaku yang bagus dan pendapatan lima digit tidak menghairankan aku digilai oleh gadis, andartu dan isteri orang. Aku memang bangga dengan diriku.

Banyak kisahku yang menarik yang boleh aku kongsi dengan anda semua, tapi kali ini aku ingin memaparkan kisahnya berkasih dengan seorang gadis cantik yang ternyata mempunyai saudara kembar. Kembar seiras, segala-galanya sama. Rambutnya, bentuk tubuhnya, suaranya, warna kulitnya dan segala-galanya sama sehinga ayah dan ibunya pun kadang-kadang boleh tersasul. Apalagi aku yang baru saja mengenali mereka, memang kerap aku salah sapa. Pendek kata saudara kembar ini bagaikan melihat arca di dalam cermin.

Kekasihku itu namanya Nurul Dina Syuhada dipanggil Dina dan dia mempunyai saudara kembar yang bernama Nurul Dini Syafiqa dipanggil Dini. Aku dan Dina berkenalan secara tidak sengaja ketika sama-sama beratur di kaunter Kentucky Fried Chicken. Ada seorang budak kecil berlari dan melanggarku dari belakang. Aku hilang keseimbangan dan melanggar belakang Dina. Dina menyinga melihatku tapi bila saja aku tersenyum dan memohon maaf dengan sopan, kemarahannya mencair. Kemudiannya kami duduk semeja dan saling bertukar nombor handphone.

Dua hari selepas kejadian di KFC itu tiba-tiba handphoneku berdering. Nombor Dina terpapar di skrin. Kami berbuah dan diakhir perbualan Dina mengajak aku bertandang ke rumahnya. Petang Sabtu itu seperti dijanjikan akuberangkat ke rumah Dina. Di rumah Dina berpakaian santai sahaja. Ternyata Dina itu adalah gadis yang menarik dan mempunyai wajah yang membangkitkan nafsu. Alis matanya begitu indah dan tubuhnya sungguh seksi. Dina menyambutku penuh ceria. Lalu dia mempersilakan aku masuk dan kami berbual-bual kosong di rumahnya. Waktu itu kami berdua duduk bersebelahan di sofa panjang. Aku sering mencuri pandang wajahnya yang cantik, dia juga begitu.

"Kamu cantik," kataku memecah kesunyian.

"Kamu juga kacak," jawabnya.

Aku benar-benar ingin menciumnya, aku sudah tak tahan ingin merasakan bibirnya yang seksi itu. Mata kami tetap saling bertatapan.

"Aku suka mata kamu, bibir kamu.." pujiku sambil mataku memandang ke arah bibirnya yang mungil.

Dina hanya tersenyum mendengar kataku itu. Lalu aku mulai mendekatkan wajahku perlahan dan Dina juga melakukan hal yang sama. Kami mulai berciuman, saling menikmati dan merasakan. Mulanya ciuman kami begitu hangat tapi lama-lama terasa ada nafsu dalam ciuman kami. Aku mulai menggigit bibirnya yang mungil dan lidah kami beradu, lidahku mulai menari dalam bibirnya lalu aku mulai merasa lidahku seakan tertarik masuk ke dalam mulutnya, kami berdua mulai tak kuasa mengendalikan diri, desah nafasnya makin membara, matanya terpejam dan wajahnya yang cantik itu mulai merona merah, kedua tangannya mencakar rambutku seakan menahan nafsu yang ingin meledak.

Sambil berciuman kami mulai berganti posisi, Dina duduk di pangkuanku dan tanganku mulai nakal meraba dan meramas-ramas buah dadanya yang montok. Kurasakan kedua pahanya menjepit erat pinggangku ketika bibirku memciumi lehernya dan lidahku menjilati dan menghisap daun telinganya. Sementara itu tanganku mulai turun meramas-ramas punggungnya yang empuk.

Desahannya terdengar makin kuat, satu tangannya mulai berani memegang pelirku yang mengeras dari luar celana. Puas mencium lehernya, tanganku membuka bajunya dan melepas colinya, lalu kuhisap buah dadanya dan kusedut masuk kedalam mulutku, sementara itu lidahku kuputar-kuputar di puting susunya.

"Uhh" desahnya menikmati rangsanganku.

Tangannya mulai berani membuka zip celanaku dan mengeluarkan pelirku dari dalam celana, tangannya yang kecil itu mulai menggosok pelirku yang besar perlahan-perlahan. Aku ikut memberanikan diri melondehkan celana dan seluar dalamnya. Lalu tangan kiriku meramas-ramas punggungnya yang pejal dan tangan kananku meraba-raba vaginanya, terasa bulunya begitu halus dan jariku terasa basah terkena lendir dari vaginanya. Jari telunjukku kemudian kumasukkan ke dalam vaginanya yang basah dan licin itu dan kutarik maju mundur perlahan, sementara itu mulutku terus merangsang puting susunya yang kecil.

"Ahh..shh.." desahnya tak tertahankan, nafasnya tersengal-sengal menderu.

Kemudian Dina mendekatkan badannya semakin merapat ke tubuhku sambil tangannya menggosok-gosokkan pelirku di luar vaginanya. Zakarku terasa geli ketika terkena bulu kemaluannya yang halus itu. Aku sudah tak tahan ingin memasukkan tongkat saktiku ke vaginanya, tapi aku cuma diam saja mengikuti rentak permainannya.

"I ingin buat seks dengan you" ajaknya sambil tersenyum malu-malu.

"Sekarang di rumah you ada siapa? Bagaimana nanti ada orang lihat," jawabku.

"Jangan risau, orang my parent ke rumah nenek, adikku keluar shopping. Keadaan aman", jawabnya sedikit memaksa sambil tangannya terus meramas pelirku yang tegang sejak tadi.

Tanpa menuggu jawabanku, Dina mulai berdiri dengan lututnya sambil tangannya menggosok-gosokkan pelirku di bibir vaginanya. Wajahnya tampak begitu seksi ketika itu. Topi jerman kepala pelirku mulai terasa basah terkena lendirnya. Kemudian pingulnya mulai turun perlahan-lahan, terasa bahagian kepala pelirku masuk di dalam vaginanya. Lalu Dina mulai bergerak naik turun perlahan, rasanya pelirku sedikit sulit masuk seluruhnya meskipun vaginanya sudah pun licin kerana pelirku terlalu besar. Tapi Dina terus memaksa, pinggulnya turun terus, akhirnya pelirku mulai masuk seluruhnya ke dalam, rasanya pelirku seperti dipicit-picit dan di sedut oleh vaginanya. Kami berdua mendesah pelan menahan kenikmatan itu.

"Aahh.. Ohh" suaranya semakin membangkitkan birahiku.

Pinggulnya mulai bergerak lagi naik turun perlahan kemudian bergerak semakin cepat, tanganku meramas punggung Dina sambil membantunya bergerak agar lebih cepat. Puting susunya terus kulumat dan kuhisap penuh geram. Dina terus bergerak naik turun. Perasaanya menjadi tidak keruan. Pedih terasa kepalaku bila rambutku ditarik-tarik. Kepalaku ditarik dan disembamkan ke buah dadanya. Aku sudah tak dapat menahan orgasmeku yang hampir ke puncak, sementara tubuh Dina bergetar dan pahanya terasa menjepit erat pinggangku. Gerakannya sedikit tertahan tapi dia terus bergerak naik turun, matanya terpejam sambil bibirnya makin mendesah keras.

Lalu terasa pelirku makin hangat dan basah di dalam vaginanya. Rupanya Dina telah orgasme, gerakannya mulai terasa amat perlahan, tapi tanganku terus mengangkat punggung Dina naik turun kerana aku juga hampir orgasme, akhirnya zakarku memancutkan spermaku ke dalam vaginanya. Dina ikut bergerak lagi membantuku mencapai puncak kenikmatan. Rasanya pahaku basah kuyup kena cairan orgasme kami berdua. Kemudian Dina berdiri lalu bertinggung di depanku, tangannya melancap pelirku, lidahnya sekali-sekala menjilat sisa spermaku, benar-benar suatu kenikmatan yang tak mampu terucap dengan kata-kata.

Setelah selesai dan zakarku mulai lembik, Dina duduk di sebelahku, kepalanya bersandar di bahuku sementara tanganku membelai rambutnya. Kami berdua berusaha mengatur nafas setelah kepenatan bercinta. Kemudian kami memakai pakaian kami kembali. Kami berdua tak pasti kalau-kalau ada yang mengintip kami sedang bercinta di sofa.

"You, jangan anggap Dina perempuan murahan ya..?” Pintanya manja padaku.

"Tidak, saya tidak pernah berfikir seperti itu," jawabku menenangkan hatinya, lalu Dina tersenyum manis sambil memelukku lebih erat.

"Malam dah larut, you pulang dulu. Besok pagi jangan lupa hantar I kuliah,” pintanya padaku, aku cuma mengangguk.

Akhirnya aku pulang ke rumah dan langsung tidur karena keletihan.

Besoknya..

Ahh... mati aku, sekarang dah pukul 11.00 pagi. Aku berjanji untuk menghantar Dina kuliah jam 8.00 pagi. Kerana keletihan aku bangun meninggi hari. Aku bingkas bangun dan menuju ke bilik mandi. Sepantas kilat aku memecut keretaku ke rumah Dina. Aku berharap Dina belum berangkat ke kampus.

Sesampai di rumah Dina aku langsung masuk karena aku tahu orangtuanya belum pulang dari rumah neneknya. Aku menolak pintu yang tak berkunci dan di ruang tamu Dina sedang berbaring di sofa. Dina cuma tersenyum melihatku.

"Eh! You tak kuliah atau sudah pulang dari kampus. Sorry kerana keletihan bercinta dengan you saya terlambat bangun. You buat I kewalahan,” alasanku supaya dia tidak marah.


"Oh, tak apa-apa. Lagipun Dina juga tak kekuliah kerana keletihan. You juga ganas malam tadi. I tak dapat mengimbangi kehebatan you.” jawabnya santai dan tersenyum manja.


"Sini, duduk sebelah I, Dina rindu you" ajaknya manja.

Aku langsung berbaring di sampingnya sambil memeluknya. Aku cium pipinya yang licin.


"Mari kita bercinta lagi" ajaknya membuatku terkejut. Aku langsung saja mengiakan penuh girang.


“Kali ini foreplaynya lebih lama, okey?” pintanya manja.

Aku cuma tersenyum dan langsung mengambil posisi di atas tubuhnya. Kemudian kami berciuman penuh nafsu, tapi terasa ada kelainannya kerana tindakannya berbeza dengan yang semalam. Tapi aku tak peduli, fikirku yang penting bercinta. Dina kali ini terasa kasar waktu berciuman, lidahku digigit cukup keras sementara tangannya mencakar bahagian belakangku. Ahh.. tak kisahlah, mungkin kali ini Dina amat bernafsu selepas menikmatinya malam tadi.


"Pelan-pelan Dina, tak lari gunung dikejar," ujarku sedikit rimas.


Tetapi dia seakan tidak memperdulikannya, tindakannya makin ganas. Tangannya mencengkam kepalaku dan mendorong kepalaku ke bawah, tepat di atas gundukan vaginanya. Aku lihat vaginanya kali ini dicukur bersih, persis kamaluan kanak-kanak. Tapi aku menyukainya kerana tundunnya meninggi membengkak memperlihatkan sepaang bibir luar yang tembam dan bibir dalam yang merekah warna merah. Berkilat dibasahi air nikmat yang keluar dari rongga vaginanya.

Dina sangat bernafsu menggosok-gosokkan kepalaku di vaginanya yang amat basah, terasa hidung dan bibirku basah kena cairannya, lidahku langsung kumainkan menjilati kelentitnya sambil tanganku terus meramas-ramas puting susunya. Aroma vaginanya semerbak menerpa lubang hidungku. Baunya segar dan amat menyelerakan.

"Ahh.. Ahh.. terus, terus jangan stop," desahnya manja, terus saja lidahku kumasukkan dan kuputar-putar di dalam vaginanya, terasa cairannya masuk ke dalam mulutku dan kutelan.


"Ohh.. sedapnya sayang," rintihnya tanpa malu-malu sambil mengecai-ngecai rambutku.


Tangannya makin mendorong kepalaku, membenamkan wajahku ke vaginanya, aku terus menjilat vaginanya makin cepat, kemudian terasa pahanya menjepit keras kepalaku, tubuhnya bergetar keras, sambil tangannya menarik-narik rambutku. Kemudian terasa mulutku disembur cairannya banyak sekali, bau khas wanita orgasme menerawang ke udara. Tubuhnya makin mengejang dan tersentak-sentak hingga orgasmenya berakhir.

Setelah itu Dina menarik tubuhku dan menjilat cairannya sendiri di mulutku, setelah puas Dina tanpa lengah mendorong tubuhku. Aku merebahkan diri di sofa, sementara itu Dina bergerak liar membuka pakaianku. Dina meramas dan melancap zakarku dengan cepat, wajahnya kelihatan liar amat bernafsu ketika itu. Lalu mulutnya mengulum pelirku, memasukkan batang butuhku hingga ke kerongkongnya, kemudian menghisap dan menyedut dengan penuh ghairah. Aku cuma terpejam menikmati rangsangan yang luar biasa nikmat itu.

Nafsuku amat bergelora, lalu kurebahkan tubuhnya dengan kasar dan langsung menindihnya. Kepala pelirku langsung kusodok-sodok dengan cepat ke dalam vaginanya yang basah dan licin. Geli rasanya kepala pelirku.


"Ahh.. Ahh.. Ahh" rintihnya menahan gempuran kepala pelirku yang teramat keras.

Bila kepala pelirku mula terbenam, terus saja kugoyang dengan cepat punggungku maju mundur. Dina semakin merintih sambil mengayak punggungnya kiri kanan. Gerakan dan erangannya itu menambahkan nafsuku. Kupeluk tubuhnya erat dan mulutku mengemut buah dadanya yang kenyal dan mekar. Putingnya yang mengeras menjadi habuan mulutku.


Selepas sepuluh minit menikmati lubang vagina yang sempit dengan ototnya meramas-ramas batang pelirku, aku mulai merasa seperti lubang vagina yang sempit bertambah sempit sambil menyedut-nyedut kepala pelirku. Gerakan menyedut itu seperti meminta agar aku menyemburkan maniku. Kenikmatan dan kelazatan menjalar ke seluruh tubuhku, batang pelirku bertambah geli dan aku dapat merasai spermaku mengalir di dalam urat pelirku. Beberapa saat kemudian air maniku memancut-mancut menyirami pangkal rahim Dina. Serentak itu juga Dina kembali mengejang dan terketar-ketar bila dia juga mengalami orgasme.

Badanku lemah, pelukanku ke tubuh Dina tetap kemas hingga kemudiannya aku menarik keluar pelirku yang belendir dari vagina Dina. Aku rebah di sampingnya sambil hidungku menempel di pipinya yang mulus. Mataku masih terpejam rapat dengan nafasku masih tidak teratur iramanya.

“Hoi, gila kamu. Apa yang you lakukan dengan adik I?” terdengar suara dalam nada marah.

Suara tersebut mengejutkan. Aku membuka mata dan melihat ke pintu. Di sana berdiri Dina dengan muka merah dan menyinga marahnya. Aku melihat ada dua orang Dina. Seorang dalam pelukanku dan seorang lagi sedang terpacak dengan perasaan marah.

Dengan perasaan bingung kutoleh bergantian wajah mereka satu persatu. Wajah kedua mereka sungguh mirip cuma yang membezakan satu wajahnya terlihat marah dan satunya lagi terlihat ketakutan.

"Ahh... yang mana satu Dina?", kataku kebingungan.

Akhirnya aku tahu kalau aku telah bercinta dengan adiknya Dini dan Dina memaafku kerana sebelumnya dia tidak menceritakan yang dia mempunyai adik kembar. Sementara Dini pula mengambil kesempatan diatas kebodohan diriku.


Aku meneruskan percintaanku dengan kedua adik beradik kembar tersebut tanpa pengetahuan Dina. Kedua-dua adik beradik tersebut memang hebat. Yang membezakannya ialah Dina agak lembut permainannya sementara Dini agak kasar dan buas. Aku menyukai permainan mereka berdua. Atas permintaanku mereka mengekalkan rupa bentuk vagina masing-masing. Yang satu ditumbuhi bulu yang dirawat rapi sementara yang satu lagi gundul tanpa seurat bulu. Itulah kekasihku, Dina dan Dini.

No comments:

Post a Comment