Tuesday 9 October 2012

CIKGU BIOLOGI 2


Ketika Rina berjalan menuju keretanya selepas tamat persekolahan hari itu, perhatiannya tertumpu pada seorang muridnya yang duduk di atas motorsikal di samping keretanya. Rina memang kenal murid itu, namanya Reza. Reza memang terkenal dengan nakalnya dan ketua kumpulan budak-budak yang selalu membuat masalah. Hatinya agak tidak tenteram melihat situasi ini.

"Cikgu Rina, salam dari Lim, " Reza melemparkan senyum sambil duduk di s motornya.

" Terima kasih, boleh saya masuk? "


Dengan hati yang bercampu-baur Rina meminta izin muridnya sendiri kerana motor Reza menghalang pintu keretanya.

" Boleh.. boleh cikgu, saya juga ingin pelajaran tambahan seperti Lim."

Langkah Rina terhenti seketika. Namun otaknya masih berfungsi normal, meskipun dia amat terperanjat dengan permintaan itu.

"Saya rasa pelajaran kamu okey, tak perlu pelajaran tambahan," jawab Rina perlahan sambil melangkah masuk ke dalam keretanya.


"Saya nak belajar pelajaran biologi, pelajaran reproduksi. Kalau cikgu tak sudi saya akan minta pengetua mengajar saya sambil melaporkan pelajaran Lim, " Reza tersenyum penuh kemenangan.

" Apa hubungannya, saya tak faham?" Keringat mulai membasahi dahi Rina.

" Sudahlah kita sama-sama tahu cikgu. Saya jamin pasti puas."

Tanpa menghiraukan muridnya, Rina memandu kereta pulang ke rumahnya. Namun ia sempat mengamati bahwa muridnya itu mengikutinya hingga hilang d iselekoh di belakangnya.

Setelah mandi air hangat dan minum segelas air dari peti sejuk, Rina menuju ruang tamu untuk menonton tv. Namun ketika ia hendak duduk tia-tiba pintu depan diketuk oleh seseorang. Rina segera menuju pintu itu, ia mengira Lim yang datang.


"Reza! Kenapa kamu mengikut saya?" Rina terperanjat melihat Reza berdiri di hadapannya.

"Boleh saya masuk?"

”Tidak!"

"Cikgu mahu rahsia cikgu dengan Lim diketahui cikgu lain?"

Dengan geram ia mempersilakan Reza masuk. Rina berdebar-debar. Dia amat yakin Reza telah mengetahui rahsianya dengan Lim.

"Cantik rumah cikgu," dengan santainya Reza duduk di dekat tv. " Patutlah Lim seronok datang ke sini.”


"Apa hubunganmu dengan Lim? Itu urusan kami berdua,” dengan rasa dongkol Rina bertanya.

"Dia kawan rapat saya. Tidak ada rahasia diantara kami berdua. Jadi ertinya....” Reza sengaja membiarkan kata-katanya tergantung.

Kali ini Rina benar-benar mati akal. Tidak tahu apa yang harus dilakukan. Suasana di ruang tamu menjadi sepi dan kaku.

"Cikgu, kalau saya ingin melayan lebih baik dari Lim, cikgu mau?" Reza bangkit dari duduknya dan berdiri di depan Rina.

Rina tidak mampu menjawab pertanyaan muridnya itu. Tubuhnya panas dingin. Belum sempat ia menjawab, Reza telah membuka zip celananya. Dan setelah beberapa ketika batang pelirnya meyembul keluar dan telah berada di hadapan Rina.

"Bagaimana cikgu, lebih besar dari Lim kan?”


Reza ternyata lebih agresif dari Lim, dengan satu gerakan meraih kepala Rina dan memasukkan butuhnya ke mulut Rina.

"Mmmmppphhhh...."

"Ahh yaa.. memang cikgu pandai dalam hal ini. Nikmati saja cikgu... "

Rupanya nafsu menguasai diri Rina, menikmati butuh yang besar di dalam mulutnya, ia segera mengulumnya bagai gula-gula. Dijilatinya kepala pelir muridnya itu dengan semangat. Tak guna dia membantah kalau akhirnya itu juga yang perlu dilakukannya. Lebih baik dia menikmatinya saja. Spontan saja Reza merintih keenakan.

"Aduhh... sedapnya cikgu. Ooohhhhh.."


Reza mengayak-ayak batang pelirnya ke dalam mulut Rina, sementara tangannya meramas-ramas rambut gurunya itu. Rina merasakan ketulan daging yang dimamahnya berdenyut-denyut. Rupanya Reza sudah hendak keluar.

"Oooohhh.. cikgu enakkk..enakkk ..aahhhhhhhhhh.."

Cairan mani Reza memancut di mulut Rina, dan segera ditelannya. Dijilatnya batang pelir yang berlepotan itu hingga bersih. Kemudian ia berdiri.

"Sudahh.. sudah selesai kamu boleh pulang."


Namun Rina tidak mampu melawan perasaannya sendiri. Ia menikmati mani Reza yang berlemak itu serta membayangkan bagaimana rasanya jika butuh besar itu masuk ke lubangnya. Serentak itu lubang buritnya terasa hangat, geli dan gatal-gatal.

"Belum selesai lagi cikgu. Itu hanya pembuka selera saja. Mari ke kamar, akan saya perlihatkan permainan yang sebenarnya."

"Apa!! beraninya kamu!"


Rina pura-pura membentak dan membantah. Namun dalam hatinya ia mau. Justeru itu tanpa berkata-kata ia berjalan ke kamarnya, Reza mengikuti saja.

Setelah berada di dalam bilik tidur, Rina tetap berdiri membelakangi muridnya itu. Ia mendengar suara pakaian jatuh, dugaannya pasti Reza sedang melepaskan pakaiannya. Ia pun segera mengikuti jejak Reza. Namun ketika ia hendak melepaskan kancing bajunya..

"Sini saya teruskan.." ia mendengar Reza berbisik ke telinganya. Tangan Reza segera membuka kancing bajunya yang terletak di bagian depan. Kemudian setelah baju yang dipakai Rina terbuka, tangan muridnya itupun meraba-raba payudaranya. Rina juga merasakan batang pelir pemuda itu di antara belahan pantatnya.

"Besarnya batang budak ini," fikir Rina cuba membandingkan dengan Lim. Tak lama kemudian iapun dalam keadaan polos.

Butuh Reza digosok-gosokkan di antara pantatnya, sementara tangan pemuda itu meramas payudaranya. Ketika jemari Reza meramas puting susu Rina, erangan kenikmatan pun keluar.

"Mmmmm... oohhhhh....”


Reza tetap melakuka aksi peramasan itu dengan satu tangan, sementara tangan yang satu lagi melakukan operasi ke celah paha Rina.

"Reza aaahhhhhh...." Tubuh Rina menegang ketika benjolan klitorisnya ditekan-tekan oleh Reza.

"Enak cikgu?" Reza kembali berbisik di telinga gurunya yang telah terbakar oleh api birahi itu.

Rina hanya mampu mengerang, mendesah, dan berteriak lirih ketika usapan, ramasan dan pekerjaan tangan Reza dikombinasi dengan gigitan ringan di lehernya.

Tiba-tiba Reza menolak perlahan tubuh Rina agar membongkok. Kakinya di lebarkan. Rina berdiri dengan kedua kaki terbuka luas.

"Kata Lim ini posisi yang disukai cikgu."

"Ahhhh....." Rina mengerang ketika Reza dengan keras membenamkan batang besar dan panjangnya ke liang cipapnya dari belakang.


"Uggghhhhh....." Reza medengus penuh ghairah dengan tiap tikaman baatang pelirnya ke lubang burit Rina.

Rinapun merengek dan mengerang kenikmatan ketika liang nikmatnya yang sempit itu dibolosi secara cepat.


"Aahhh ..terussss terussss Rezaaa ... "

Kepala cikgu cantik dan bergetah itu berayun-ayun akibat tikaman-tikaman Reza. Tangan Reza mencengkam bahu Rina, seolah-olah mengarahkan tubuh gurunya itu agar semakin cepat saja menelan butuhnya. Tiap kali pinggulnya ditolak ke depan akan diikuti serentak dengan tarikan bahu Rina ke belakang. Dengan cara itu batang pelirnya terbenam dengan dalamnya hingga ke pangkal. Rina dapat merasanya pangkal rahimnya disondol-sondol oleh kepala pelir Reza. Dia mengerang bertambah kuat.

"Ooohhh Rina... Rinnnaaaaaaa.."


Reza meracau dan tidak lagi memanggil cikgu kepada gurunya itu. Cairan maninya terasa sudah bergerak laju di dalam batang pelirnya. Bila-bila masa cairan nikmatnya itu akan memancut keluar. Badannya mengejang dan otot-otot badannya mengeras kaku.

Rina segera merasakan cairan hangat menyembur di dalam rahimnya dengan deras. Matanya terpejam menikmati perasaan yang tidak bisapernah ia bayangkan. Kesedapannya melebihi dari apa yang ia perolehi dari Lim. Pemuda melayu ini memang hebat. Risa dalam diam mengakui kehebatan Reza.

Rina masih tergolek kelelahan di tempat tidur. Rambutnya yang hitam panjang menutupi bantalnya, dadanya yang indah naik-turun mengikuti irama nafasnya. Sementara itu lurah merekahnya sangat basah, berlepotan mani Reza dan maninya sendiri. Reza juga telajang bulat, ia duduk di tepi tempat tidur mengamati tubuh gurunya itu. Ia kemudian duduk mendekat, tangannya meraba-raba gua keramat Rina, kemudian dimain-mainkan biji kelentit gurunya yang merah dan menonjol.

"Mmmmm.. letih..."


Bibir Rina mendesah ketika kelentitnya dipermainkan. Sebenarnya ia sangat kepenatan tapi perasaan terangsang yang ada di dalam dirinya mulai muncul lagi. Dibukanya kakinya lebar-lebar sehingga memberikan kemudahan bagi Reza untuk memainkan permata nikmatnya.

"Reza... aahhhh..."


Tubuh Rina bergetar, menggelinjang-gelinjang ketika Reza mempercepat permainan tangannya. Permata nikmat itu digosok-gosok lembut dengan jari-jarinya. Rina kemudiannya menjerit histeria bila lidah Reza berlegar dan menyedut daging lembut yang sensitif itu. Cairan hangat mencurah-curah keluar dari terowong Rina.

”Tungging cikgu, teringin lagi.”


"Kamu ni tak puas-puas ke?" Rina bersuara manja sambil tersenyum-senyum. Sempat juga dia menjeling batang zakar Reza yang kembali mengeras.


“Barang cikgu sungguh sedap. Saya sanggup tak makan kalau boleh bersama dengan cikgu.”

“Kalau kamu tak makan macam mana batang kamu nak keras. Saya tak suka batang lembik.”

Sambil tersenyum nakal, Rina bangkit dan menungging. Sempat juga dia melurut-melurut alat kelamin muridnya yang hangat dan keras itu sebelum kedua tangannya memegang kayu kepala katil tempat tidurnya.

Matanya terpejam menanti tujahan pelir Reza. Reza meraih payudara Rina dari belakang dan mencengkam dengan kuat bila ia membenamkan kepala butuhnya yang sudah tegang.

"Adduuuuhhhh...."


Rina mengaduh nikmat kemudian menggigit bibirnya, ketika lubang kemaluannya yang telah licin melebar kerana desakan pelir Reza.

"Lubang cikgu sungguh enak, ketat. Macam lubang anak dara, " Reza memuji sambil menggoyang-goyangkan pinggulnya.

"Burung kamu juga sedap..."


Rina benar-benar menikmati permainan muridnya itu. Tak sangka muridnya itu amat pandai melayannya. Reza sungguh berpengalaman. Berkali-kali Rina mengalami orgasme dikerjakan oleh muridnya itu. Hanya erangan dan jeritan nikmat yang keluar dari celah-celah bibir mungilnya.

“Sedap dan hangat lubang cikgu. Patutlah Lim kata kotenya macam terbakar bila berada dalam lubang cikgu.”

“Itu kerana Lim tak sunat. Kepala burungnya lebih sensitif.”

Rina memegang erat kepala katil. Badannya digerakkan untuk mengimbangi serangan Reza. Nikmat dan nikmat saja dirasainya bila batang pelir Reza keluar masuk dalam lubang buritnya. Nikmatnya bertambah-tambah bila kedua teteknya diramas-ramas.


“Kata Lim cikgu suka kote tak sunat.”

“Saya suka main-main dengan kulit muncung di kepala kote Lim tu.”

“Saya punya tak sedap ke, cikgu?” Reza bertanya sambil menghentak kuat di pantat cikgu cantik itu.

”Sedap, lebih sedap dari Lim punya.”


Reza tersenyum dengan pujian Rina. Sodokan dan tikamannya makin laju dan kuat dalam posisi "doggy style". Buah dada dan badan Rina terayun-ayun. Keenakan kembali menjaliri sekujur badan wanita muda itu. Kenikmatan yang diperolehi dari remaja yang masih bersekolah itu sungguh hebat. Rina tak menyangka murid-muridnya yang masih muda belia ini mampu memberi kepuasan tak terhingga kepadanya. Mengalahkan permainan suaminya dulu.

"Oooowww......."

Jeritan Rina terdengar kuat ketika ia menikmati orgasmenya. Tangannya mencengkam kepala katil. Kepalanya mendongak menikmati kenikmatan yang menjalar ke seluruh tubuhnya. Sementara Reza sendiri tetap menusuk-nusukkan torpedonya ke lubang burit Rina yang makin basah dan banjir.

“Aaahhhhhh.."

Rezapun mulai bersuara. Bila-bila masa maninya akan terpancut keluar. Dia tak mampu lagi bertahan bila badannya kembali mengejang. Batang pelirnya terasa makin keras dalam lubang Rina yang hangat. Akhirnya benih-benih budak remaja itu memancut keluar menyirami rahim cikgunya sendiri.

Rina sekali lagi memejamkan matanya, ketika mani Reza menyembur dalam liang cipapnya. Terasa hangat di pangkal rahimnya. Rina kemudian tersungkur ke atas tilam sambil tubuh Reza menindihnya. Murid dan guru keletihan penuh nikmat. Badan kedua-duanya basah dengan peluh. Sementara diantara kaki-kaki mereka mengalir cairan hangat hasil kenikmatan bersama.


"Cikgu Rina sungguh luar biasa. Kalaulah ada Lim di sini sekarang... "

"Memangnya kamu mau apa."


Rina kemudian merebahkan badannya di samping Reza. Tangannya mengusap-usap puting tetek Reza. Badan muridnya itu dipeluk mesra.

"Kita boleh main bertiga cikgu, pasti lebih nikmat .."


Rina terperanjat dengan cadangan muridnya itu. Dia tidak mampu berkata-kata. Perasaannya bingung dan kosong. Dia termenung beberapa ketika. Tiba-tiba timbul keinginannya untuk bermain bertiga, “threesome”. Pasti nikmat bila dua batang pelir berlegar-legar dalam mulut dan lubang buritnya secara serentak. Satu batang bersunat dan yang satu lagi berkulup. Rina ingin merasainya....

No comments:

Post a Comment